Gambar tersebut bercerita tentang harmoni antara manusia dan alam Indonesia yang hidup dalam pelukan cahaya. Di tengah hutan yang rimbun, Putri alam berdiri dengan anggun, mengenakan pakaian tradisional dan bunga kamboja di rambutnya. Cahaya matahari menyusup lembut melalui celah dedaunan, menerangi sosoknya saat ia mengulurkan tangan ke arah harimau Sumatra, simbol kekuatan dan keberanian alam liar. Tatapan mereka saling bertaut, seolah menunjukkan ikatan kepercayaan antara manusia dan satwa yang perlu dijaga.
Di sekelilingnya, komodo mengamati dari tepi sungai, melambangkan ketangguhan alam yang telah bertahan berabad-abad. Bekantan mengintip dari dahan tinggi, seakan menjadi pengawas bijak hutan, sementara kuskus bergelantungan dengan damai, menikmati ketenangan yang ditawarkan alam. Di langit, cendrawasih menari lincah, membawa pesan keindahan surgawi, dan tiong emas berkicau merdu, menyuarakan kebebasan. Cahaya yang menyinari mereka bukan sekadar sinar matahari, melainkan simbol harapan — bahwa selama manusia menjaga alam, alam akan terus bersinar, menjadi rumah yang penuh kehidupan dan keajaiban. Karya ini mengingatkan kita bahwa alam adalah cahaya bagi bangsa, dan dalam pelukannya, kita menemukan makna keberadaan yang sesungguhnya.