Dalam senyapnya ombak dan bisikan angin laut, ada sosok yang menjaga—bukan sekadar mitos, tapi pengingat. Nyi Roro kidul hadir sebagai simbol bagaimana legenda bisa menjadi aturan tak tertulis yang melindungi alam. Masyarakat pesisir sejak dulu menghormati laut bukan hanya karena takut, tapi karena mereka tahu, keseimbangan harus dijaga. Seperti larangan mengenakan warna hijau di pantai selatan, bukan sekadar mitos yang diwarisi turun-temurun, tapi cerminan cara manusia memahami batas.
Dulu kita diajari takut bukan tanpa alasan. Karena manusia lebih taat pada mitos dibanding sekadar larangan. Alam tidak butuh peringatan dalam huruf kapital—ia butuh cerita yang tumbuh dalam ingatan. Di sanalah kebaikan tersembunyi: dalam kebiasaan yang akhirnya menjadi budaya. Budaya bukan sekadar cerita masa lalu, tapi kode etik yang tak tertulis. Wajah Asli Kebaikan Indonesia ada dalam bagaimana kita hidup berdampingan dengan alam, saling menjaga tanpa harus dipaksa. Wajah Asli Kebaikan Indonesia bukan hanya tentang manusia, tapi bagaimana kita dan alam hidup berdampingan, dihormati, dan dilestarikan. Nyi Roro kidul bukan hanya legenda, tapi juga menjadi gambaran cara kita menjaga sesuatu yang tak ternilai.