Karya ini terinspirasi dari kisah Roro Jonggrang, seorang putri yang cerdas dan penuh strategi, yang berusaha menggagalkan pembangunan candi ke-seribu yang dikerjakan oleh Bandung Bondowoso dengan bantuan pasukan jin. Setelah terpaksa menerima lamaran Bandung Bondowoso demi menyelamatkan kerajaannya, Roro Jonggrang diam-diam mencari cara untuk menghindari pernikahan tersebut.
Mengetahui bahwa Bandung Bondowoso harus menyelesaikan seribu candi sebelum fajar, Roro Jonggrang merancang siasat untuk menghentikan pekerjaannya. Ia mengerahkan para pelayan istana dan penduduk desa untuk menumbuk padi serta menyalakan obor, dan menebarkan bunga yang wangi, sehingga menciptakan ilusi seolah-olah fajar telah tiba lebih cepat. Ayam pun berkokok lebih awal, membuat pasukan jin yang membantu pembangunan panik dan pergi sebelum candi terakhir selesai.
Ketika Bandung Bondowoso menyadari tipu muslihat itu, ia murka dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca batu, melengkapi candi ke-seribu yang gagal diselesaikan. Dengan demikian, Roro Jonggrang menjadi bagian abadi dari legenda Candi Prambanan, melambangkan kecerdikan sekaligus akibat dari tipu daya.