Kaisa Urmila Syakib

Kebaikan Cerita Asli Indonesia

“Putri Mandalika”

Alkisah di suatu praja yang terjaga oleh desir angin dan arik laut, lahirlah Putri Mandalika – laksana manikam dalam balutan suluh. Keelokannya lebih dari sekadar pahatan paras yang menawan. Kalbu tanpa senoktah debu selayaknya pendar yang merengkuh rembulan tanpa mengharap balas. Hingga tatkala semesta bertitah, menuntunnya menuju titian takdir yang tak terelakkan, manakala cinta tak lagi sekadar simpul antara dua hati, melainkan pelepasan yang harus direlakan.

Maka, kala fajar masih berbisik pada laut yang menggeram ombak, ia membiarkan dirinya melebur dalam gemuruh air yang memagut nyanyian gelombang. Bukan karena gentar, bukan pula karena bertekuk lutut. Melainkan karena ia mengerti, perdamaian lebih dari sekadar ikatan duniawi. Angin menjerit, buih laut mendekapnya dalam pelukan abadi, menjadikannya legenda yang hidup di antara pasir dan ombak. Dalam riak yang terus melantun pilu, ia tetap ada. Tak hilang, tak lenyap, hanya menjelma dalam bentuk yang tak lekang oleh masa.
Putri Mandalika bukan sekadar kisah yang terukir dalam tuturan narasi tak bertepi, melainkan lirih kasih yang mengalun tanpa pinta. Tubuhnya luruh, menitis menjadi nyale – bak pelita silam yang menari dalam gelap, mengirim terang meski telah lenyap.

Demikianlah kebaikan sejati, tanpa lekang. Ia mengalun tak jemu, melagukan kesetiaan tak bersemu. Indonesia tak hanya menjaga legenda, melainkan lentera yang menyingkap makna, bahwa cinta tak selalu menggenggam. Melainkan merelakan, demi melukis girang bersemi di banyak hati. Dalam legenda yang bersemayam di tiap jengkalnya, tersirat makna bahwa keelokan sejati tak hanya terpahat pada peraduan alam, tetapi pada jiwa yang tulus memberi. Begitulah “Kebaikan Cerita Asli Indonesia”.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top