Di tepian Laut Selatan, Panembahan Senopati bertapa dalam sunyi, merapal doa untuk kejayaan Mataram. Nyi Roro Kidul paham maksud dari Sang Raja Mataram Pertama tersebut. Kemudian, angin laut berembus sejuk membawa kabut tipis, seolah menjadi pertanda hadirnya kekuatan yang tak kasatmata. Nyi Roro Kidul menampakkan diri dengan keanggunan yang tak terlukiskan, mahkotanya berkilau seperti buih yang diterpa cahaya rembulan.
Keinginannya untuk melihat Mataram berjaya sejalan dengan harapan sang penguasa Mataram. Maka, sebuah ikatan tak kasatmata terjalin, menyatukan daratan dan lautan dalam keseimbangan yang sakral. Gelombang laut menjadi saksi atas perjanjian yang tak hanya mengikat dua jiwa, tetapi juga seluruh generasi penerus Mataram.
Sejak saat itu, kekuatan gaib selalu menaungi kerajaan. Namun, di batas cakrawala, ombak tak henti berdesir, mengingatkan bahwa cinta yang terjalin bukan untuk seorang, melainkan untuk kejayaan sebuah negeri bernama Mataram.