Supriyanto

Di Nusantara, masih kental dengan kepercayaan nenek moyang pendahulu, tak terkecuali dengan pembuatan perahu. Harus ada ritual agar saat melaut nantinya selamat dan tidak terkendala karena sesuatu hal.

Pinisi (atau phinisi) adalah kapal layar tradisional asli Indonesia, yang berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan. Kapal ini memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar. Tiga di ujung depan, dua di bagian depan, dan dua lagi di bagian belakang kapal. Tujuh helai layar memiliki makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi tujuh samudera besar di dunia.

Pembuatan kapal pinisi menggunakan bahan kayu jenis bitti (Vitex cofasus) karena bentuknya yang cenderung melengkung dan hanya dapat diperoleh di daerah Sulawesi Selatan, Papua, Maluku dan Sulawesi Tenggara. Dari Proses pencarian kayu yang menjadi bahan dasar pembuatan kapal sampai pada proses pembuatan pinisi semua memakai ritual yang dipandu oleh seorang Panrita (orang suci yang dituakan di desa tersebut).

Dalam pembuatan perahu pinisi dikomandani oleh seorang Ponggawa. Ponggawa ini pulalah yang bertanggungjawab terhadap seluruh proses pembuatan perahu secara teknis hingga selesai.

Setelah sebuah perahu pinisi selesai dikerjakan barulah prosesi penurunan atau peluncuran kapal ke laut. Upacara adat digelar pada prosesi tersebut, diiringi dengan doa-doa meminta keselamatan, dan doa agar setiap melaut mendapatkan tangkapan yang berlimpah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top