Ilustrasi ini terinspirasi dari cerita Ande-Ande Lumut yang mengisahkan tentang Pangeran Kusumayuda (dianggap sebagai pangeran Panji atau personifikasi dari pangeran Kamesywara, raja Kadiri) yang bertemu dengan Kleting Kuning (bahasa Jawa: Klething Kuning), si bungsu dari empat bersaudara (Kleting Abang, Kleting Biru, Kleting Ijo dan Kleting Kuning).
Dalam cerita ini, Pangeran Panji merupakan anak dari seorang janda (mbok Rondo) yang tinggal di salah satu desa bawahan ayah Pangeran Kusumayuda memerintah. Kleting Kuning sebenarnya adalah anak angkat, yaitu putri dari Kerajaan Jenggala, yang kelak dikenal sebagai Dewi Galuh Candrakirana. Diam-diam mereka saling mengingat.
Beberapa tahun kemudian, seorang pemuda tampan bernama Ande Ande Lumut mengumumkan bahwa dia sedang mencari istri. Tak seperti gadis-gadis desa lain, termasuk juga saudara-saudara Kleting Kuning, Kleting Kuning enggan pergi sebab dia masih mengingat Pangeran Kusumayuda. Namun berkat nasihat dari bangau ajaib penolongnya, maka akhirnya Kleting Kuning pun turut serta.
Dalam perjalanannya, ternyata mereka harus menyeberangi sungai yang lebar. Pada saat itu, muncullah penjaga sungai berwujud yuyu raksasa bernama Yuyu Kangkang. Yuyu Kangkang menawarkan jasa untuk menyeberangkan mereka dengan catatan diberi imbalan bersedia dicium olehnya setelah diseberangkan. Karena terburu-terburu, semua gadis-gadis desa yang lain segera saja menyetujuinya, dengan pemikiran bahwa sang pangeran tidak akan mengetahuinya. Hanya si bungsu Kleting Kuning yang menolak untuk dicium Yuyu Kangkang.
Ketika Yuyu Kangkang bermaksud memangsanya, Kleting Kuning melawannya dengan senjata yang dititipkan oleh ibunya. Karena hanya si bungsu yang tidak dicium Yuyu Kangkang, jadilah Ande Ande Lumut memilih si bungsu sebagai pendampingnya.
Menurut saya cerita-cerita rakyat sangat menginspirasi dan sarat akan nilai-nilai luhur yang harus tetap kita jaga dan wariskan kepada anak cucu kita. Agar bangsa ini tidak semakin kehilangan jati dirinya