Lutfi hari Wibowo (FOLKWAYS)

Cerita ini berasal dari salah satu daerah desa yang berada di salah satu kabupaten di daerah Jawa Tengah, kisah Sang penakluk Petir itu sendiri adalah julukan untuk Ki Ageng Selo.

Ki Ageng Selo merupakan tokoh spiritual dan leluhur raja-raja Kesultanan Mataram yang berasal dari Desa Selo, Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Beliau dikenal sebagai seorang yang pernah menangkap petir, Ia merupakan murid Sunan Kalijaga dan hidup pada masa pemerintahan Kerajaan Demak.

Beliau adalah seorang yang menyebarkan agama Islam melalui tembang, wayang, dan ajaran-ajarannya yang dikenal dengan sebutan Serat Pepali.

Pada suatu ketika Ki Ageng Selo sedang pergi untuk mencangkul kesawah namun pada saat itu hujan Disertai petir tiba, Petir tersebutpun berwujud seorang kakek tua, akhirnya Ki Ageng Selo menangkap petir itu dan diikat di pohon gandri untuk dibawa ke Keraton Demak. Kisah Ki Ageng Selo menangkap petir diabadikan dalam ukiran di Lawang Bledheg, pintu petir Masjid Agung Demak.

Ki Ageng Selo juga memiliki cerita dimana warga sekitar tidak boleh ada yang menjual nasi, cerita tersebut berawal dari tentang kunjungan seorang tamu ke rumah Ki Ageng Selo. Pada saat itu, sebagai tuan rumah, Ki Ageng meminta istrinya untuk menyiapkan hidangan bagi tamu tersebut. Namun tamu tersebut justru menolak karena mengaku telah makan nasi di warung terdekat.

Ki Ageng Selo pun mengucapkan kutukan, “Mulai sekarang hingga kelak, anak keturunanku jangan ada yang berjualan nasi di tempat ini.” Hingga dipercaya sebagai larangan yang harus dihormati oleh masyarakat di Dukuh Selo hingga saat ini. Maka masyarakat desa selo memilih menggantinya dengan berjualan lontong.

Didekat desa selo tersebut juga terdapat sebuah fenomena unik yakni pembuatan garam yang bersumber dari sumur alami, mengingat daerah tersebut jauh dari pegunungan dan laut namun sumber daya untuk membuat garam sangat melimpah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top