Judul: “Kaka”
Karya ini terinspirasi oleh kepercayaan masyarakat suku Bajo yang terkenal sebagai pelaut ulung. Mereka meyakini bahwa setiap anak yang lahir akan mempunyai kembaran di laut yang disebut sebagai Kaka. Kembaran laki-laki disebut sebagai Kuta dalam wujud gurita dan kembaran perempuan disebut sebagai Tuli dengan wujud buaya. Kepercayaan ini akan mempengaruhi ritual pengobatan pada bayi maupun dewasa yang disebut sebagai Nyanya Okang. Keyakinan masyarakat Bajo mengenai ritual Nyanya Okang ini berkaitan dengan pemujaan terhadap penguasa laut dan saudara kembar laut (Kaka). Ritual ini dipercaya jika salah satu diantara mereka ada yang sedang sakit, maka sebagian semangat hidupnya (sumanga) telah diambil oleh Kaka ke laut, sebagian lagi diambil oleh Dewata (Tuhan yang Maha Esa ) dan terakhir berada dibawah ke langit ketujuh. Dalam konteks ini, ilustrasi saya menggambarkan seorang manusia yang memegang kepala gurita (Kaka), simbol dari keseimbangan alam yang harus dijaga dan dihormati.
Di bawah permukaan laut yang berwarna-warni, gugusan terumbu karang dipercaya menjadi tempat bersemayamnya roh nenek moyang, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kehidupan bawah laut. Ajaran ini diturunkan dari generasi ke generasi, menekankan tanggung jawab kita untuk melestarikan ekosistem yang kaya dan beragam. Dalam setiap goresan, saya berusaha mengekspresikan rasa hormat terhadap warisan budaya yang mengajarkan kita untuk hidup selaras dengan alam.
Karya ini juga menggambarkan momen ketika elang mendekati permukaan air. Masyarakat Bajo percaya bahwa momen itu merupakan sebuah pertanda bahwa air akan surut dan waktu untuk berburu ikan telah tiba. Ini adalah salah satu bentuk kebaikan alam yang membantu manusia dalam menunjukkan hubungan simbiotik antara manusia dan lingkungannya. Melalui ilustrasi ini, saya ingin menyoroti bagaimana kebaikan alam tidak hanya memberikan kehidupan, tetapi juga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan menjaga keseimbangan.
Seperti Teh Botol, yang telah menjadi simbol tradisi dan kebaikan dalam budaya Indonesia. Teh Botol, dengan cita rasa teh asli Indonesia yang disajikan secara turun temurun, mencerminkan nilai-nilai kebaikan dan keaslian yang sama. Seperti halnya ajaran suku Bajo yang mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan alam, Teh Botol mengingatkan kita akan pentingnya menghargai warisan budaya dan alam yang ada. Setiap tegukan teh yang disajikan membawa cerita dan tradisi yang menghubungkan setiap generasi, menciptakan rasa kebersamaan dan saling menghormati.
Warna triadik yang saya pilih dalam karya ini menciptakan harmoni visual yang mencerminkan keindahan alam Indonesia. Setiap warna mewakili elemen yang berbeda dalam rangka saling melengkapi dan menciptakan kesatuan yang kuat layaknya hubungan antara manusia, hewan, dan lingkungan.
Dengan “Kaka”, saya berharap dapat mengajak setiap kita untuk merenungkan betapa pentingnya menjaga kebaikan serta menghargai warisan budaya yang telah membentuk identitas kita sebagai bangsa. Karya ini adalah pengingat bahwa kebaikan sejati terletak pada kesadaran kita untuk menjaga dan melestarikan alam serta budaya yang telah ada sejak lama, seperti tradisi menyajikan Teh Botol yang selalu mengingatkan kita akan keaslian dan kebaikan Indonesia.