Raden Ajeng Saini adalah seorang putri cantik dari Keraton Sumenep, Madura. Ia mendapat julukan Potre Koneng (Putri Kuning) karena memiliki kulit kuning langsat, bersih, dan menawan. Suatu hari, Potre Koneng sedang mengunjungi suatu tempat, kemudian bunga-bunga dari mahkota Potre Koneng jatuh ke tanah, seketika tanah tersebut mengeluarkan bau harum dan ditumbuhi bibit-bibit tembakau yang terkenal dengan nama Tembakau Campalok. Tembakau Campalok hanya dapat ditemukan di Dusun Jambangan, Desa Bakeong, Kec. Guluk-Guluk, Kota Sumenep. Tembakau tersebut pun dikenal dengan kualitasnya yang unggul dan memiliki aroma serta rasa yang khas sehingga sangat diminati oleh produsen rokok lokal maupun nasional. Menurut para petani, jika tembakau campalok tersebut dilinting, diisap, lalu dimatikan, tidak akan meninggalkan bau dan rasa apek di mulut. Selain itu, tembakau Campalok juga dinilai memiliki harga paling mahal di dunia karena harganya bisa mencapai Rp. 5jt/kg dan hasil panennya terbatas, hanya 14-15kg/tahun. Itulah mengapa tembakau Campalok disebut sebagai tembakau yang istimewa. Selain legenda Potre Koneng dan Tembakau Campalok, dalam ilustrasi ini saya juga memasukkan tari tradisional khas Sumenep yaitu Tari Muang Sangkal. Ditarikan dengan penari berjumlah ganjil, masyarakat Sumenep mempercayai bahwa Tari Muang Sangkal adalah tari yang mampu membuang malapetaka dalam diri seseorang.