Muhammad Hafidh Zulfikri

Ilustrasi ini mengangkat kembali kisah legendaris Timun Mas, namun dengan sudut pandang yang berbeda—bukan sekadar pelarian, melainkan momen keberanian yang nyata.
Di tengah kepungan hutan bambu yang hijau dan rimbun, Timun Mas berdiri kokoh. Tubuhnya mungil namun tegap, menjadi kontras yang mencolok di hadapan sosok raksasa hijau di atasnya. Ekspresi wajahnya menjadi pusat perhatian matanya tajam dan berkilau, menunjukkan tekad yang tak tergoyahkan. Alisnya sedikit berkerut, bibirnya terkatup rapat, memberikan pesan bahwa ia tidak akan lari lagi.
Tangan Timun Mas memegang erat senjata terakhirnya, segenggam biji sihir yang ia terima dari sang petapa. Kilauan magis dari tangannya tidak hanya menjadi tanda kekuatan sihir, tetapi juga simbol harapan dan kepercayaan diri. Jemarinya yang mungil namun kuat mencengkeram pusaka tersebut, seolah seluruh dunia bertumpu pada keputusan yang akan ia ambil.
Di atasnya, Buto Ijo mengintai dengan ekspresi haus akan mangsa. Tubuh hijau kekarnya menyatu dengan rimbunnya dedaunan, namun mata merahnya menyala tajam di antara gelapnya hutan. Gigi taringnya yang tajam dan cakar besar yang siap menerkam. Namun, meski bayangan kematian melayang di atas kepalanya, Timun Mas tetap berdiri tegar. Ia tahu, ketakutan hanya akan memberi makan keserakahan sang raksasa.
Melalui ilustrasi ini, saya ingin menyampaikan lebih dari sekadar cerita rakyat biasa. Ini adalah kisah tentang menghadapi ketakutan, tentang menemukan kekuatan dalam diri, dan tentang bagaimana sebuah tekad yang kuat mampu membalikkan keadaan. Timun Mas tidak hanya berjuang untuk hidupnya, tetapi juga untuk membuktikan bahwa keberanian selalu memiliki tempat dalam menghadapi kegelapan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top