Sedari dulu, kisah Malin Kundang tak pernah asing di telinga rakyat. Kisah ini selalu mengiringi dan membentuk moral anak-anak kita.
Kisah Malin Kundang bercerita tentang seorang Malin yang kembali ke kampung halamannya, tempat Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
Namun setelah lama meninggalkan kampungnya, Malin Kundang, bersama istrinya, memperlakukan bundanya dengan kasar. Mata yang dahulu memandang bunda dengan penuh kasih sayang kini berubah menjadi tatapan bengis. Ia sebut bundanya telah tiada. Hancur sudah hati sang bunda. Tuhan merestui kehendaknya, menjadikan nyata kutukan untuk Malin Kundang.
Ilustrasi sedih dan pilu dalam cerita asal Sumatera Barat ini diwakilkan dengan dominasi warna biru. Kasih sayang bunda terhadap buah hatinya tergambar jelas dalam illustrasi bunda yang memeluk dan memandang hangat putra semata wayangnya, bahkan bunda terlihat masih menyayangi Malin Kundang meskipun Malin Kundang membalas air susu dengan air tuba. Sosok bunda tampak memeluk sosok malin yang telah berubah menjadi batu. Kisah Malin Kundang mengingatkan kita untuk senantiasa berbakti kepada orangtua, terutama bunda. Keridaan Tuhan bersama dengan keridaan bunda, juga dengan kemurkaan-Nya.