Saya mengambil ilustrasi dari pertarungan di kisah tuan tapa
Konon, pada zaman dahulu, hiduplah seorang petapa sakti berbadan raksasa bernama Syech Tuan Tapa. Ia sering menghabiskan waktunya dengan bertapa atau bersemedi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan di sebuah bukit yang kini dikenal sebagai Gunung Tuan di Tapak Tuan. Suatu hari, sepasang naga dari daratan Tiongkok menemukan seorang bayi perempuan manusia yang terapung di tengah Samudera Hindia. Bayi itu memiliki tanda tahi lalat di perutnya. Kedua naga pun menyelamatkan bayi tersebut dan merawatnya hingga tumbuh besar di bukit yang sekarang disebut Gunung Alur Naga.
Beberapa tahun kemudian, kabar tentang anak perempuan yang dirawat oleh sepasang naga ini sampai ke Kerajaan Asralanoka, sebuah kerajaan di Samudera Hindia. Raja dan permaisuri, yang beberapa tahun sebelumnya kehilangan anak perempuannya saat berlayar di Samudera Hindia, mencurigai bahwa anak itu adalah putri mereka yang hilang. Mereka meminta kedua naga untuk mempertemukan mereka dengan anak tersebut, namun permintaan itu ditolak. Akhirnya, raja dan permaisuri memutuskan untuk membawa kabur anak perempuan itu dan melarikan diri melintasi lautan.
Kedua naga menjadi marah dan berusaha mengejar mereka, sehingga terjadilah pertempuran sengit di atas laut. Pertempuran ini mengganggu ketenangan Syech Tuan Tapa yang sedang bersemedi. Ia pun keluar dari gunung, menginjakkan kaki kanannya di karang, dan melemparkan tubuhnya ke laut tempat pertempuran itu terjadi.