Colliq Pujie, Ratu Tanete, adalah sosok yang memiliki peran sentral dalam pelestarian I Lagaligo, salah satu karya sastra terbesar dalam tradisi Bugis. Sebagai penulis dan pengumpul naskah, ia berhasil mengabadikan kisah-kisah legendaris yang telah diwariskan secara lisan oleh masyarakat Bugis, termasuk cerita-cerita tentang Sawerigading dan We Cudai. Dengan ketekunan dan dedikasinya, Colliq Pujie memastikan bahwa I Lagaligo tetap hidup dalam bentuk tulisan yang sistematis dan terstruktur, menjaga agar warisan budaya ini tidak terlupakan oleh generasi selanjutnya.
Benjamin Frederik Matthes, seorang peneliti asal Belanda, turut berperan penting dalam membukukan dan menerjemahkan I Lagaligo ke dalam bahasa yang lebih dapat dipahami oleh dunia internasional. Matthes tidak hanya menyelamatkan karya ini dari ancaman keterlupaan, tetapi juga menjadikannya sebagai bagian dari kekayaan sastra dunia. Tanpa usaha Matthes, I Lagaligo mungkin tidak akan dikenal di luar Indonesia, dan kontribusinya dalam mendokumentasikan naskah ini telah memberikan penghargaan global terhadap warisan budaya Bugis.
Meski I Lagaligo sarat dengan kisah-kisah epik tentang Sawerigading, We Cudai, dan Batara Guru, peran Colliq Pujie dan Benjamin Frederik Matthes jauh lebih dominan dalam menjaga kelangsungan karya ini. Mereka adalah penjaga dan penyampai pesan yang terkandung dalam I Lagaligo, memastikan bahwa kisah-kisah legendaris ini dapat dikenang dan dipahami oleh dunia. Tanpa kedua tokoh ini, naskah tersebut mungkin hanya akan menjadi kenangan dalam tradisi lisan, tidak pernah mencapai pengakuan dan apresiasi yang pantas.