Mas karebet atau yang sering dikenal dengan Joko Tingkir yang sering didengar oleh masyarakat Jawa, juga di kenal sebagai Sultan Hadiwijaya yang mendirikan sekaligus menjadi raja pertama kerajaan Pajang.
Beliau adalah salah satu murid dari Sunan Kalijogo,Ki Ageng Selo dan Ki Ageng Banyubiru.
Joko Tingkir tumbuh menjadi pemuda yang tangguh.
Dalam ‘Babad Tanah Jawi’ dikisahkan Jaka Tingkir mengabdi pada Kerajaan Demak, dan dalam perjalanannya bersama Ki Bahurekso dan Patih Jalumampang diserang oleh Buaya Putih.
Saat itu Joko Tingkir bersama rekannya menuju ke Kerajaan Demak menggunakan getek (rakit bambu), lalu saat tiba di Kedung Srengenge (bagian sungai yang dalam) mereka diserang oleh Buaya Putih dan kawanannya.
Buaya Putih sendiri disimbolkan sebagai sosok siluman, yang memiliki ilmu kuat. Tetapi Joko Tingkir mampu mengalahkan dan membuat buaya-buaya itu tunduk. Dalam ceritanya, Joko Tingkir melanjutkan perjalanannya dengan dikawal oleh para buaya sebanyak 40 ekor.
Untuk mendapatkan perhatian Sultan Trenggono dari Kesultanan Demak, Joko Tingkir merencanakan sebuah strategi yang cerdik.
Ia menggunakan seekor kerbau besar bernama Kebo Danu sebagai alat untuk mengukuhkan posisinya di mata Sultan Trenggono.
Dengan bantuan Ki Banyubiru, Joko Tingkir membuat kebo Danu mengamuk di pesanggrahan Sultan Trenggono.
Amukan Kebo Danu tidak dapat dikendalikan oleh siapapun, hingga akhirnya Joko Tingkir sendirilah yang berhasil menghentikan amukan itu dengan sekali pukul, menghancurkan kepala Kebo Danu.
Keberhasilan Joko Tingkir dalam mengatasi Kebo Danu membuktikan kesaktiannya di mata Sultan Trenggono.
Ia diangkat menjadi menantu Sultan Trenggono dan menikahi putri Sultan, Ratu Mas Kencana.