Indonesia yang kaya akan budaya menyimpan banyak legenda yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satunya berasal dari Ambarawa, Jawa Tengah, kisah tentang asal mula sebuah danau luas yang dikenal sebagai Rawa Pening. Di balik keindahannya, Rawa Pening menyimpan legenda tentang kesombongan, balas budi, dan kekuatan alam yang luar biasa.
Cerita bermula ketika anak bernama Baru Klinthing dilahirkan. Baru Klinthing bukanlah anak biasa, tubuhnya bersisik seperti ular karena ia adalah jelmaan naga sakti. Untuk menjadi seorang anak manusia seutuhnya, ia bertapa selama ratusan tahun di gunung. Suatu hari, Baru Klinthing telah selesai bertapa dan berhasil menjadi seorang anak manusia. Akhirnya ia turun dari gunung dan mencari pemukiman untuk disinggahi sementara. Dalam perjalanannya, ia singgah di sebuah desa dengan perut lapar. Namun, penduduk menolaknya dengan kasar. Hanya seorang wanita tua yang berbaik hati memberinya makanan dan tempat beristirahat.
Sebagai balasannya, Baru Klinthing memberi tahu wanita itu untuk bersiap menghadapi kejadian besar dan memintanya menyiapkan lesung. Ia lalu menancapkan sebatang ranting ke tanah dan menantang penduduk untuk mencabutnya. Ternyata, tak ada satupun penduduk yang berhasil. Namun saat ia sendiri mencabutnya, air menyembur deras, menenggelamkan desa dan orang-orang yang pernah mengusirnya. Hanya Baru Klithing dan wanita tua yang berhasil selamat dengan lesung yang mereka naiki.
Air itu terus meluas, membentuk danau besar
yang kini disebut Rawa Pening. Hingga kini, kisah ini menjadi pengingat bahwa kesombongan membawa kehancuran, sementara kebaikan sekecil apa pun akan selalu berarti.