Nur Aulia Nugraheni

Legenda Rawa Pening merupakan legenda yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Legenda ini bermula ketika sebuah desa yang dipimpin oleh Ki Sela Gondang yang mempunyai istri dan seorang anak bernama Endang Sawitri.

Namun, suatu ketika Endang Sawitri mendapatkan kutukan, dimana ia harus mengandung dan melahirkan anak berwujud naga. Naga tersebut diberi nama Baru Klinting. Naga tersebut memakai kalung genta yang akan berdenging ketika ia bergerak.

Pada suatu hari Baru Klinting pergi ke Gunung Telomoyo dan bertapa dengan cara melilitkan tubuhnya di Gunung Telomoyo, ia ingin melepaskan kutukan dan menjadi anak pada umumnya. Setelah berhasil, ia pergi ke sebuah desa yang sedang mengadakan pesta rakyat. Baru Klinting datang untuk meminta makanan tetapi ia malah dihina karena lusuh, kotor, dan amis.

Baru Klinting pergi dengan sakit hati tetapi kemudian ia bertemu dengan nenek tua yang mana nenek tersebut mengasihani Baru Klinting dan memberinya makan. Baru Klinting mengatakan kepada nenek teesebut jika ia mendengar kentongan maka ia harus segera menaiki lesung. Nenek tersebut menyanggupi permintaann Baru Klinting.

Baru Klinting kembali ke warga desa dan menantang mereka untuk mencabut lidi yang ia tancapkan tetapi tidak ada yang bisa mencabutnya kecuali Baru Klinting, setelah tercabut air bah keluar dari bekas tancapan lidi tersebut. Air semakin deras sehingga warga membunyikan kentongan. Nenek tua bernama Nyai Latung selamat karena menaiki lesung. Desa yang bernama Desa Pathok tersebut tenggelam dan menjadi rawa dengan air bening hingga saat ini disebut Rawa Pening.
Konon Baru Klinting berubah kembali menjadi naga dan menjaga Rawa Pening tersebut hingga kini.

Kebaikan dari Legenda Rawa Pening mengajarkan kita agar selalu berbuat kebaikan kepada siapapun tanpa melihat dari penampilannya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top