LELE & LAMONGAN
Pantangan makan ikan lele bagi masyarakat Lamongan berasal dari kisah masa lalu yang diwariskan secara turun-temurun. Cerita ini berawal ketika Sunan Giri III (Sedamargo) sedang blusukan dengan perahu menyusuri aliran Bengawan Solo, hingga tiba di Desa Barang Kauman, Kecamatan Karangbi-nangun. Di sana, Sunan Giri bertemu dengan seorang wanita bernama Dewi Asika, yang dikenal sebagai Mbok Rondo Barang.
Saat itu, Sunan Giri meminta Ki Bayapati, salah satu pengikutnya, untuk mengambil keris pusaka yang tertinggal di rumah Mbok Rondo. Karena Mbok Rondo tidak mengenal Ki Bayapati, ia diam-diam memasuki rumah tersebut untuk mengambil keris. Namun, Mbok Rondo terkejut dan berteriak, membuat warga desa mengejar Ki Bayapati. Dalam kepanikan, Ki Bayapati melarikan diri dan melompat ke dalam sebuah kolam untuk menghindari warga yang marah. Tanpa diduga, kolam itu ternyata dipenuhi ikan lele.
Warga yang melihat Ki Bayapati terjun ke kolam itu mengira ia telah mening-gal, namun sebenarnya ia selamat berkat ikan-ikan lele yang ada di dalam kolam. Sebagai rasa terima kasih karena ikan lele telah menyelamatkan hidupnya, Ki Bayapati bersumpah bahwa dia dan keturunannya tidak akan pernah memakan ikan lele. Pantangan ini kemudian diwariskan secara turun temurun dalam masyarakat Lamongan hingga kini.
namun sekarang lele justru di jadikan ladang mencari makan oleh orang lamongan yaitu berjualan pecel lele.