Mohammad Farras Togu Simanjuntak

Di antara gemuruh ombak dan langit yang mulai berpendar emas, Putri Mandalika merentangkan tangannya, menyerahkan dirinya kepada takdir. Bukan karena ketakutan, tetapi demi cinta dan kebaikan bagi rakyatnya. Para pangeran dari berbagai kerajaan berseteru untuk meminangnya, membawa ancaman perpecahan di tanah Sasak. Namun, sang putri memilih jalan yang lebih luhur, mengorbankan diri ke laut, menjelma menjadi Nyale, makhluk laut yang kelak membawa berkah bagi rakyatnya.

Tiupan angin membawa guguran daun, seakan semesta pun menangisi kepergiannya. Namun, pengorbanan Putri Mandalika bukanlah akhir, melainkan awal dari tradisi yang akan hidup selamanya. Setiap tahun, rakyat Sasak merayakan Bau Nyale, mengingatkan bahwa kebaikan sejati bukanlah tentang memiliki, melainkan tentang memberi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top