Yesaya Satria Aji

Dalam satu hamparan kisah yang membentang luas, terlukislah cerita abadi dari berbagai penjuru Dwipantara. Setiap tokoh, setiap legenda, terjalin dalam satu narasi yang mengarah pada satu keindahan. Di sudut kiri bawah, di pesisir selatan Pulau Jawa, seorang ratu bersemayam di singgasana ombak. Nyi Roro Kidul, sang penguasa laut selatan dengan gaun hijaunya, menyatu dengan buih samudra, seakan menjaga batas antara daratan dan lautan. Tak jauh dari sana, seorang gadis cantik dari Jawa Tengah bersembunyi di balik rerimbunan. Timun Mas, berusaha menghindari cengkeraman Buto Ijo yang mengintainya. Sementara itu, di tanah yang sama, di medan perang yang membara, dua ksatria bertarung dalam duel. Dari langit, Gatotkaca, sang otot kawat tulang besi dari tanah Jawa, menghadapi musuh bebuyutannya, Karna, prajurit tangguh dengan panah andalannya. Tak jauh dari pertempuran itu, Jaka Tarub tengah menatap sebuah selendang dengan hati penuh kebimbangan. Apakah ia akan mengambilnya dan merenggut takdir seorang bidadari? Ataukah ia akan membiarkan takdir mengalir sebagaimana mestinya? Legenda lain tengah terukir di tanah Sunda. Dengan amarah yang membara, Sangkuriang menendang perahu raksasa yang gagal menjadi jembatan menuju cintanya. Perahu itu terhempas dan akhirnya berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Di belahan lain, jauh di ranah Minang, seorang anak durhaka kembali ke tanah kelahirannya. Namun, Malin Kundang, kini harus menanggung kutukan sang ibu dengan menjadikan dirinya batu, yang mengajarkan bahwa seorang anak tak boleh melupakan darah yang membesarkannya. Di bagian tengah atas, terdapat candi yang dibangun dalam semalam, Bandung Bondowoso, dengan sorot mata penuh ambisi, memerintah ribuan jin membangun seribu candi. Di belakangnya, berdiri tegak Batu Gantung, simbol penantian yang tak pernah usai. Sepertinya ada yang ketinggalan, dimana keong mas?

Namun, di antara legenda-legenda itu, ketika banyak karakter utama dalam cerita disajikan menghadap ke arah yang sama, yaitu mengarah ke tengah, ke tumbuhan yang menjalar yang ternyata tersembunyi makhluk yang mencerminkan keindahan yang tak ternilai: Burung Cendrawasih! mahakarya alam dari tanah Papua. Sayapnya memancarkan keemasan, simbol dari keagungan Nusantara yang sesungguhnya. Makna dari itu semua adalah, seperti cendrawasih yang tersembunyi di balik dedaunan, keindahan sejati dari negeri ini sering kali tak tampak di permukaan, tetapi selalu ada bagi mereka yang mau mencari dan memahami.

Indonesia bukan hanya tentang kisah-kisah yang diceritakan turun-temurun, tetapi juga tentang bagaimana setiap cerita itu bertemu dan membentuk satu jalinan budaya yang tak terputus. Sebab, seperti para tokoh yang mengarah pada keindahan Cendrawasih, kita semua pada akhirnya mengarah pada satu tujuan untuk lebih mengulik, mencari, dan melihat keindahan warisan #Kebaikan Cerita Asli Indonesia yang ada di bumi pertiwi ini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top