Tari Guel merupakan tari yang berasal dari daerah Gayo, terletak di dataran tinggi Aceh, Sumatra, Indonesia. Tarian ini merupakan bagian penting dari budaya suku Gayo dan sering dipentaskan dalam upacara adat, terutama pada acara perkawinan dan ritual keagamaan.
Berdasarkan sejarah masyarakat Gayo, tari Guel merupakan tradisi yang terinspirasi dari legenda kakak beradik Sengeda dan Bener Merie (Bener Meriah) yang mencari gajah putih untuk dipersembahkan kepada seorang putri raja.
Tari Guel adalah tari tradisional yang memiliki struktur cerita dan filosofi gerak yang baku, serta tetap mempertahankan gerak aslinya. Keberadaannya erat kaitannya dengan upacara adat, khususnya dalam rangkaian upacara perkawinan. Di dalamnya terkandung ajaran moral, agama, dan tujuan hidup. Filosofi gerak tari ini tidak hanya memenuhi kebutuhan estetika semata, tetapi juga memberikan makna mendalam tentang kehidupan manusia
Tari Guel bukan hanya sekadar tarian penyambut tamu, tetapi juga merupakan tontonan dan tuntunan yang perlu direnungkan dan diimplementasikan, agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat terwujud dalam kehidupan. Tarian ini menyampaikan pesan tentang kesetiaan, tanggung jawab, dan persaudaraan, yang tidak hanya berlaku dalam hubungan keluarga, tetapi juga dalam hubungan sesama manusia.
Keikhlasan juga menjadi inti pesan dalam Tari Guel, yang mengajarkan perlindungan terhadap Sengeda dari fitnah dan ancaman, serta pengambilan keputusan yang bijaksana oleh para pengiring dalam proses penjemputan Gajah Putih.
Sebagai sebuah karya tari, Tari Guel terbentuk dari unsur-unsur filosofi gerak yang menyatu menjadi satu kesatuan utuh. Unsur-unsur gerak dalam koreografi ini, antara lain gerak kepala, tangan, badan, dan kaki. Setiap gerak dalam tari Guel memiliki simbol yang menggambarkan sikap masyarakat Gayo dalam menjalin hubungan dengan orang lain, penuh rasa hormat dan rukun. Dengan demikian, asal-usul Tari Guel merupakan sebuah Cerita Asli Kebaikan Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan.