Bumi Kalimantan diberkahi dengan berbagai kebaikan alam, flora, fauna, fungus, bentang alam yang mempesona. Di hutan hujan tersebut, burung burung yang baru menetas belajar untuk terbang, menghiasi cakrawala ketika mereka beranjak dewasa. Ada berbagai macam burung yang menginspirasi pembuatan karya ini, yaitu; burung tawau dada hitam, kasumba kalimantan, takur leher hitam, burung pakiak, burung ruai, dan burung enggang. Mereka berperan menjaga kestabilan ekosistem hutan dan bisa membantu meregenerasi hutan secara alamiah dengan menebarkan biji bijian ke berbagai tempat dari buah-buahan yang mereka makan
Bagi masyarakat beberapa suku Dayak burung Enggang merupakan lambang kehidupan, kesetiaan, perdamaian dan kepemimpinan. Burung Ruai juga mempunyai legenda bagi masyarakat Kalimantan Barat khususnya di wilayah Kabupaten Sambas tentang dongeng asal-usul burung Ruai. Kehadiran burung burung tersebut merupakan manifestasi dari kebaikan alam, burung enggang dan burung ruai menjadi bagian dari proses terwujudnya kebudayaan di Kalimantan, seperti paruhnya untuk perhiasan kepala suku, bulunya untuk pakaian adat, dan menginsiparsi tari enggang. Paruh dan bulu yang digunakan bukanlah hasil buruan, namun diambil dari bangkai burung yang mati secara alami.
Ketika alam memberikan inspirasi, maka selayaknya manusia menghormati alam. Melalui karya ini, diharapkan semakin banyak orang orang yang dapat mencontoh bagaimana suku dayak menghormati kebaikan alam, demi keberlanjutan hidup semua mahluk