Suatu ketika di desa Girah, hiduplah seorang ibu bernama Calon Arang bersama putri cantiknya, Ratna Manggali. Bagi Calon Arang, Ratna adalah cahaya baginya, satu-satunya orang yang ia kasihi setelah kepergian sang suami. Semua cinta, harapan, dan doa ditumpahkan untuk anaknya itu. Lebih dari apapun, Calon Arang ingin Ratna menikah dengan lelaki baik yang akan menjaganya.
Meskipun demikian, Calon Arang tidak menyadari kasih sayang yang besar dia juga dapat memberi dampak buruk pada putrinya, Ratna. penduduk desa Girah tidak ada yang berani melamar Ratna Manggali, sebab bayang-bayang ilmu hitam ibunya menggentayangi setiap langkah meliputi penduduk dengan ketakutan. Hingga amarah dan sedih yang tak terbendung, Calon Arang mulai mengutuk seluruh desa. Angin membawa wabah, memberi kesengsaraan kepada yang telah menyinggungnya.
Raja mendengar derita rakyat desa Girah serta mengutus pendeta sakti Mpu Bharadah. Ketika Mpu Baradah melawan Calon Arang, Cahaya dan kegelapan saling mengunci. Hingga hari ini, cerita Calon Arang terus bertahan dalam tarian Barong dan Rangda. Dalam pertunjukan suci itu, Rangda melambangkan Calon Arang, ratu ilmu hitam yang buas, dengan rambut liar dan lidah menjulur, sosok amarah yang lahir dari cinta seorang ibu. Melawannya adalah Barong, sang penjaga dharma, makhluk suci berbulu emas yang membawa cermin-cermin kebenaran.
Barong dan Rangda menari dalam duel abadi, bagai cahaya dan kegelapan yang harus selalu berdampingan.