Anindhita Kirana Isa

Di tanah Papua yang indah alami dan mistis, di antara hutan bakau dan sungai yang meliuk seperti urat nadi bumi, hidup suku Asmat, penjaga tradisi leluhur. Bagi mereka, dunia ini bukan hanya milik yang hidup, tetapi juga dihuni oleh arwah leluhur yang terus berkelana, menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Adalah kisah Fumeripits, nenek moyang pertama suku Asmat. Dalam legenda, Fumeripits adalah manusia pertama yang diciptakan oleh roh agung dari kayu suci. Ia tinggal sendirian di dunia yang sunyi, hingga suatu hari ia mulai memahat patung-patung dari kayu. Setelah menyelesaikan ukiran itu, ia mulai menabuh tifa, gendang tradisional Asmat. Ajaibnya, patung-patung itu pun bernyawa dan menjadi manusia, membentuk suku Asmat yang kita kenal sekarang ini.

Bagi Asmat, kematian bukanlah akhir, melainkan perjalanan menuju dunia roh. Mereka percaya bahwa arwah leluhur masih berjalan di antara mereka, mengawasi dan memberikan petunjuk. Oleh karena itu, seni ukiran kayu mereka yang terkenal di dunia bukan sekadar hiasan, melainkan wujud dari jiwa-jiwa nenek moyang yang diabadikan dalam bentuk fisik. Dan itu merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan keseimbangan alam.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top