Pada zaman dahulu, di wilayah Cirebon, terjadi wabah penyakit yang sulit disembuhkan. Wabah ini mungkin bisa disamakan dengan pandemi yang pernah melanda dunia, seperti wabah corona pada tahun 2020. Sebagai pemimpin sekaligus ulama di daerah itu, Syekh Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, memerintahkan putranya, Pangeran Muhammad, untuk mencari buah maja. Buah ini terkenal dengan khasiatnya yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Buah maja tersebut ternyata hanya bisa ditemukan di wilayah kekuasaan Nyi Rambut Kasih, seorang ratu yang memimpin Kerajaan Sindangkasih. Nyi Rambut Kasih dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan memiliki kesaktian yang luar biasa.
Ketika Pangeran Muhammad tiba di Kerajaan Sindangkasih, ia disambut dengan baik oleh Nyi Rambut Kasih. Ratu tersebut terkesan dengan ketampanan dan kharisma sang pangeran. Pangeran Muhammad pun menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu untuk meminta buah maja sebagai obat bagi rakyat Cirebon yang sedang dilanda wabah.
Nyi Rambut Kasih, yang dikenal baik hati, menyambut baik permintaan tersebut. Namun, ia mengajukan syarat: Pangeran Muhammad harus menikahinya. Saat itu, Nyi Rambut Kasih masih belum menikah dan terpesona oleh sosok sang pangeran. Namun, Pangeran Muhammad menolak dengan halus karena ia sudah memiliki istri.
Meskipun ditolak, Nyi Rambut Kasih tidak marah. Ia bahkan mengizinkan Pangeran Muhammad untuk tinggal di wilayah kekuasaannya. Namun, suatu hari, Nyi Rambut Kasih mendapat kabar bahwa rakyatnya mulai memeluk Islam karena ajakan Pangeran Muhammad. Sebagai penganut Hindu yang taat, Nyi Rambut Kasih merasa terancam dan murka. Ia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi lebih lanjut.
Terjadilah peperangan sengit antara Nyi Rambut Kasih dan Pangeran Muhammad. Nyi Rambut Kasih, yang terkenal sakti mandraguna, merasa kewalahan melawan ilmu batin yang dimiliki Pangeran Muhammad. Dalam keadaan terdesak, Nyi Rambut Kasih memutuskan untuk tidak rela jika buah maja jatuh ke tangan Pangeran Muhammad. Dengan kesaktiannya, ia menghilangkan semua buah maja beserta pohonnya, dan menghilang bersama mereka.
Peristiwa menghilangnya Nyi Rambut Kasih dan buah maja membuat Pangeran Muhammad berucap dalam bahasa Cirebon, “Maja Langka”, yang artinya “buah maja hilang”. Ucapan ini kemudian menjadi cikal bakal nama Majalengka, sebuah kota yang kini dikenal sebagai tempat kelahiran banyak tokoh penting dan memiliki sejarah yang kaya.