Setelah kekalahan Raja Boko, Bandung Bondowoso, dengan keberanian dan ketulusannya, menghadap Nyi Roro Jonggrang. Ia mengungkapkan penyesalannya atas kejadian yang telah lalu dan memohon maaf atas tindakan yang telah merenggut nyawa ayahanda sang putri. Namun, kali ini, Roro Jonggrang melihat ketulusan yang mendalam di mata Bandung Bondowoso.
Roro Jonggrang, yang selama ini dikenal bijaksana, merenungkan takdir yang telah mempertemukan mereka dalam situasi yang sulit. Ia melihat bahwa Bandung Bondowoso, di balik kekuatannya, menyimpan hati yang penuh penyesalan dan keinginan untuk memperbaiki kesalahan.
Dengan hati yang berat, Roro Jonggrang memutuskan untuk menerima lamaran Bandung Bondowoso. Ia melihat bahwa pernikahan ini bukan hanya tentang penyatuan dua hati, tetapi juga tentang penyatuan dua kerajaan yang selama ini berseteru. Ia berharap, dengan pernikahan ini, perdamaian dan kemakmuran dapat terwujud di tanah Jawa.
Bandung Bondowoso, yang terkejut sekaligus bahagia, berjanji akan menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana. Ia akan membangun kerajaan yang makmur dan damai, di mana rakyat hidup dalam harmoni.
Maka, pernikahan antara Bandung Bondowoso dan Nyi Roro Jonggrang pun dilangsungkan dengan meriah. Kedua kerajaan bersatu, dan tanah Jawa memasuki era baru yang penuh kedamaian dan kemakmuran. Candi-candi yang dibangun oleh Bandung Bondowoso menjadi simbol persatuan dan cinta abadi antara dua insan yang ditakdirkan untuk bersama.
Hingga akhirnya cinta Nyi Roro Jonggrang mulai tumbuh ke Bandung Bondowoso