Naik Dango: Syukur atas Berkat Kehidupan – Dayak Kanayant, Kalimantan Barat
Naik Dango adalah perayaan sakral bagi masyarakat Dayak Kanayant, sebuah wujud syukur kepada Jubata (Tuhan) atas panen yang melimpah. Sebagai masyarakat agraris, mereka meyakini bahwa padi bukan sekadar hasil tani, melainkan berkah yang harus dijaga dengan penuh rasa hormat. Matahari dalam kepercayaan mereka melambangkan kehadiran Jubata sebagai sumber kehidupan, menerangi dan memberi berkah kepada alam semesta.
Dalam kisah leluhur, burung pipit dipercaya membawa benih padi langsung dari Jubata, menjadikannya simbol kesejahteraan dan hubungan erat antara manusia dan alam. Setelah panen, masyarakat menyimpan hasil tani di lumbung padi, bukan hanya sebagai tempat penyimpanan, tetapi juga lambang ketahanan pangan dan kesejahteraan komunitas. Para gadis Dayak turun ke sawah, memanen padi dengan penuh sukacita, sementara para lelaki memikul karung padi menuju lumbung, menegaskan kerja keras dan tanggung jawab mereka dalam menjaga kesejahteraan keluarga dan desa.
Namun, sebelum hasil panen dinikmati, masyarakat terlebih dahulu menggelar upacara syukur. Tradisi ini diwujudkan dengan memasak padi baru dan membagikannya kepada sesama dalam bentuk makanan khas seperti lemang, kue dango, dan kue lepet. Sajian ini bukan sekadar hidangan, tetapi simbol kebersamaan yang mengajarkan bahwa rezeki semakin bermakna saat dibagi.
Keindahan alam Kalimantan turut menjadi bagian dari perayaan ini. Sungai Kapuas, yang mengalir melintasi hutan rimba, menjadi nadi kehidupan masyarakat, sementara Bukit Kelam berdiri megah sebagai ikon legenda Dayak yang melambangkan keteguhan dan keberanian. Sawah-sawah hijau membentang luas di bawah langit biru cerah, mencerminkan kesejahteraan dan harmoni antara manusia dan alam di tanah khatulistiwa.
Ilustrasi ini menggambarkan wajah asli kebaikan Indonesia, di mana warisan budaya bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga nilai luhur yang terus menghidupi masyarakat hingga kini. Naik Dango bukan sekadar perayaan, melainkan pesan tentang syukur, gotong royong, dan keseimbangan dengan alam—sebuah kearifan lokal yang terus memberi inspirasi bagi generasi penerus.