Karya ini adalah ode bagi perempuan adat yang tumbuh bersama alam, menjaga harmoni semesta dengan tangan yang merawat dan hati yang melindungi. Dalam tiap gurat warna, tergambar bagaimana rimba bukan sekadar rumah, tetapi napas kehidupan bagi mereka—air yang dialirkan bukan hanya menghidupi, tetapi juga melambangkan keberlanjutan, sementara pepohonan yang dirawat menjadi saksi bisu keteguhan mereka melawan eksploitasi. Alam dan perempuan saling berkelindan, satu merawat, satu menjaga, dalam irama yang tak terpisahkan. Namun, seperti rimba yang terancam, perempuan pun sering kali menjadi korban dari ketamakan dan perusakan, sebab ketika alam terluka, perempuanlah yang pertama merasakan perihnya. Melalui karya ini, saya ingin mengajak kita semua merenung—jika perempuan adat adalah penjaga terakhir ekosistem kita, maka bukankah sudah saatnya kita berdiri bersama mereka?”