Hallo saya Dicki Drus, dalam lustrasi ini saya ingin
menggambarkan momen klimaks dalam legenda Sangkuriang, saat ia dengan penuh amarah menendang perahu raksasa yang hampir selesai dibuat, menyebabkan terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu.
Dalam komposisi visual, Sangkuriang ditampilkan sebagai sosok pemuda gagah dan dengan ekspresi kemarahan, matanya bersinar dengan aura magis, mencerminkan kesaktiannya. Ia berdiri di tengah hamparan tanah yang bergetar, dengan tubuh berotot dan rambut panjang yang tertiup angin, menambah kesan kekuatan dan keteguhan hatinya.
Di kejauhan, Dayang Sumbi tampak berdiri, dengan sorot mata penuh
kecemasan. Di atasnya, langit menjelang fajar berwarna oranye dan ungu, menggambarkan doa Dayang Sumbi yang berhasil mempercepat
terbitnya matahari, menggagalkan tugas Sangkuriang.
Sebagai elemen utama, perahu raksasa yang hampir selesai dibuat berada di latar depan, dengan ukiran khas kayu dan struktur yang megah. Saat di tendang oleh Sangkuriang, perahu tersebut mulai terbalik dan tanah bergetar.
Di kejauhan, siluet makluk ghaib yang membantu sangkuriang kebingungungan karena fajar telah tiba pegunungan perlahan membentuk rupa Gunung Tangkuban Perahu, menyatukan unsur mitologi dan realitas geografi dalam satu ilustrasi yang epik. Warna-warna dramatis seperti merah gelap, jingga, digunakan untuk memperkuat suasana ketegangan dan kemarahan, sementara cahaya lembut di sekitar Dayang Sumbi memberi nuansa harapan dan doa.
Ilustrasi ini tidak hanya menampilkan keindahan visual tetapi juga
menyampaikan esensi kisah Sangkuriang—tentang cinta, takdir,
dan tragedi yang mengukir sejarah alam.