Dimas Lutwi Cahyono

Apakah generasi muda saat ini masih familiar dengan istilah “Rewang”? Saya sebagai generasi tahun 90an dan tinggal di kota yang kental dengan budaya Jawa masih sangat familiar dengan tradisi ini. Beberapa kali saat masih di usia belasan dan awal duapuluhan saya juga sering ikut dalam budaya ini.

Tradisi ini seingat saya sering dilakukan saat terdapat acara perkawinan atau duka, yaitu masyarakat berkumpul dan mengambil bagian dalam membantu pemilik rumah untuk menjalankan acara dengan baik dan lancar. Tradisi ini pun dilakukan bergilir dan merupakan wujud nyata dari nilai gotong royong yang telah diwariskan turun temurun di Indonesia.

Generasi saat ini yang tinggal di daerah urban mungkin ada yang belum pernah mengetahui dan melakukan tradisi ini. Sebab dalam acara-acara pernikahan dan duka saat ini sudah ada pihak lain yang dapat dipercayakan untuk mengatur acara. Terlebih lagi isu globalisasi saat ini semakin mengakar dan generasi muda saat ini banyak menghindari interaksi dengan generasi di atas mereka karena nilai hidup yang cukup berbeda.

Tradisi ini pun saya tampilkan dalam satu adegan ilustrasi yang hangat dimana terlihat tiga generasi yang sedang memasak dan beraktifitas di dapur bersama-sama. Di sisi lain, pemuda dan pemudi hadir bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai pelaku utama dalam tradisi ini. Mereka menunjukkan semangat untuk membantu memasak dan menyiapkan berbagai hal. Saya ingin menunjukkan bahwa suasana ini menjadi simbol bagaimana generasi muda dapat tetap bersinergi dengan generasi sebelumnya dalam mempertahankan tradisi luhur.

Kebaikan sosial yang saya tangkap ini ingin mengingatkan bahwa kita punya tradisi yang dapat merekatkan hubungan antar masyarakat dan diikuti oleh pemuda pemudi Indonesia bersinergi dengan orang tua dalam melestarikan budaya tolong-menolong, karena generasi ini akan membutuhkan generasi berikutnya untuk membantu.

Sejalan dengan tema dan sub tema kompetisi design Teh Botol Sosro tahun ini saya mengangkat kebaikan dari tradisi Rewang ini tak hanya terwujud dalam tindakan saling membantu, tetapi juga dalam menjaga kehangatan sosial yang menyatukan setiap individu dalam masyarakat. Bagi saya, wajah asli Indonesia adalah wajah gotong royong, wajah kepedulian, dan wajah kebaikan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Dalam ilustrasi ini, saya juga menempatkan Teh Botol Sosro sebagai simbol kehangatan dan kebersamaan. Sebuah produk yang telah menjadi bagian dari tradisi dan menemani momen-momen istimewa di tengah kebaikan yang terus mengalir. Sama seperti tradisi rewang yang menyatukan pemuda dan orang tua, Teh Botol Sosro juga menyatukan kenangan dan nilai-nilai budaya dalam setiap tegukan, menjadi bagian dari wajah asli Indonesia yang kaya akan kebersamaan.

Dengan mengangkat kebaikan pemuda-pemudi dalam melestarikan rewang, saya ingin menyampaikan pesan bahwa gotong royong adalah identitas sejati bangsa Indonesia. Jika nilai ini terus dipertahankan, saya yakin masa depan Indonesia akan tetap bersinar dengan kebaikan dan persatuan yang tak terbatas, menjadikan negeri ini semakin berdaya dan berkarakter.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top