Yogyakarta memiliki sebuah garis imajiner yang merupakan sebuah simbol yang filosofis yang menghubungkan beberapa titik penting di Yogyakarta. Garis ini mencerminkan konsep kosmologi dan keseimbangan alam dalam budaya Jawa. Orientasi sumbu dan penempatan titik acuan di sepanjang sumbu tersebut dirancang untuk mewujudkan dalam bentuk fisik pemikiran filosofi Jawa tentang kehidupan manusia, khususnya siklus kehidupan (Sangkan Paraning Dumai), kehidupan harmonis yang ideal (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan sang Pencipta (Manunggaling Kawula Gusti), dan di dunia mikrokosmos dan makrokosmos. Poros utara sampai selatan sepanjang enam kilometer ini diposisikan untuk menghubungkan antara Gunung Merapi dan Samudra Hindia, dengan Keraton Yogyakarta sebagai pusatnya, dan monumen budaya utama yang berjejer di sepanjang poros yang dihubungkan melalui ritual. Semua perencanaan tata ruang ini digagas dan direncanakan dengan matang pertama kali oleh Sri Sultan Hamengkubuwono pertama pada abad ke-18.
Dimulai dari titik paling selatan yaitu Samudra Hindia pada pantai Parangtritis yang mewakili simbol air atau tirta. Simbol ini dianggap memiliki makna spiritual dalam budaya Jawa karena sebagai rumah Ratu Laut Selatan.
Selanjutnya titik sebelah utaranya terdapat Panggung Krapyak. Pada titik ini menggambarkan tentang perjalanan kehidupan manusia. Panggung Krapyak merupakan sebuah bangunan yang berbentuk kubus yang dulunya berfungsi sebagai pos berburu sekaligus daerah pertahanan dari binatang buas.
Kemudian pada titik pusat terdapat Keraton Yogyakarta. Keraton sendiri dianggap sebagai pusat Cosmos dalam filosofi Jawa, karena menghubungkan dunia manusia dengan alam spiritual. Lokasi keraton dianggap sebagai miniatur alam semesta yang mengikuti konsep Hindu-Budha tentang alam semesta fisik, metafisik, dan spiritual.
Kemudian terdapat jalanan lurus ke Utara melalui Jalan Malioboro yang sepanjang jalannya ditanami pohon Asam dan Galam. Pohon ini dalam filosofi Jawa melambangkan keteduhan. Ini mewakili bantala atau tanah yang ada di Yogyakarta.
Sebelah utaranya lagi terdapat titik selanjutnya yaitu Tugu Yogyakarta. Tugu ini merupakan simbol persatuan antara Raja atau sultan dengan masyarakat.
Di titik paling utara yang mewakili api atau Dahana terdapat Gunung Merapi. Gunung ini dianggap sebagai simbol kekuatan alam dan spiritual dalam mitologi Jawa.