“Kebaikan Alam Indonesia”. Begitulah goresan penuh makna yang terukir di atas lembaran kosong dalam lekuk tarian pena. Ia mencipta pesona Gunung Jaya Wijaya dalam rengkuhan salju. Ia mencipta kemolekan Rawa Pening yang melebur dalam harmoni arus yang berbisik. Ia mencipta garis cakrawala yang kian berseri dalam basutan mentari. Laksana menaruh asa yang mulai bersemi.
Merah merona tertoreh sempurna, menjelma dalam coretan menawan bak mekarnya raflesia. Legamnya labellum anggrek hitam menebar pesona, menggoda dalam keheningan rimba.
Harimau Sumatera berbalut loreng gelap pekat, menyatu dengan bayang hutan yang rapat. Lima cenderawasih menari di langit, menghidupkan kisah yang terajut dalam legenda.
Begitulah mahakarya semesta yang terhampar di bumi Indonesia. Mewarnai tiap jengkalnya dengan keelokan yang tak sekadar untuk dipuja, melainkan dijaga. Selayaknya akar yang merangkul tanah, selayaknya sungai yang memeluk samudera. Sebab kebaikannya mengalir tanpa sedetik jeda, keindahannya abadi dalam jejak waktu, dan kelestariannya ialah nyanyian sunyi yang hanya mampu didengar oleh mereka yang benar-benar mencinta.