Imanuddin

Ketika Ayah Bercerita

Pada suatu malam, dua anak duduk menatap penuh antusias ke arah sosok lelaki yang duduk di hadapan mereka. Lelaki itu adalah ayah mereka, pria sederhana dengan suara hangat yang selalu berhasil membawa mereka berkelana ke dunia imajinasi. Sang kakak, seorang anak laki-laki
dengan rasa ingin tahu yang besar, dan adiknya, seorang gadis kecil dengan mata berbinar penuh antusias, menunggu dengan tidak sabar. Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, sang ayah akan membacakan dongeng sebelum tidur.

Sang ayah membuka sebuah buku tebal dengan sampul usang, yang di dalamnya terdapat berbagai kisah dongeng dan legenda dari seluruh Indonesia. Jemarinya perlahan membalik halaman, matanya berbinar saat menemukan kisah yang akan diceritakan malam ini. Begitu buku itu
terbuka, sesuatu yang ajaib terjadi dari dalam buku, seolah-olah keluar gambar-gambar tokoh yang diceritakan, melayang di udara bagaikan jin yang keluar dari lampu wasiat.
Ayah bercerita kisah Nyi Roro Kidul, ratu laut selatan yang anggun dan misterius.” Seketika, bayangan seorang wanita berbalut gaun hijau muncul, ombak samudera bergulung-gulung di sekelilingnya. Kedua anaknya menatap dengan mata berbinar, seakan mereka bisa merasakan hembusan angin laut.

Setelah kisah Nyi Roro Kidul selesai, sang ayah membalik halaman berikutnya. Muncullah bayangan candi-candi yang menjulang tinggi, dan sosok Roro Jonggrang yang berdiri dengan Anggun di depan seorang pemuda bernama Bandung Bondowoso. “Ini adalah kisah Roro Jonggrang, seorang putri cerdik yang meminta seribu candi dalam semalam.”

Dengan penuh semangat, sang ayah melanjutkan kisah demi kisah. Dari halaman berikutnya muncul seorang gadis kecil berlari dengan membawa biji timun, Timun Mas yang berusaha menghindari Buto Ijo sang raksasa jahat. Tak lama, sosok Sangkuriang yang sedang menendang sebuah perahu, menciptakan Gunung Tangkuban Perahu dalam kemarahannya. Bayangan Si Pitung muncul dengan gagah, siap melawan penjajah yang berlaku tidak adil. Kemudian, ada pula sosok Yuyu Kangkang, sang kepiting dari cerita Ande Ande Lumut. Tak ketinggalan, Lutung Kasarung pun hadir, menampilkan dirinya yang bijaksana meski berwujud seekor monyet.

Mata kedua anaknya membesar, mengikuti setiap alur cerita dengan kagum. “Jadi setiap kisah ini punya pesan yang bisa kita pelajari, ya, Yah?” tanya sang kakak.
Sang ayah mengangguk penuh arti. “Betul sekali. Dongeng bukan hanya untuk menghibur, tetapi juga mengajarkan kita tentang keberanian,
kecerdikan, dan kebaikan hati.”

“Ketika ayah bercerita”, bukan hanya dongeng yang hidup, tetapi juga cinta, kebijaksanaan, dan ikatan yang semakin erat di antara mereka.

Lelaki tidak bercerita, tetapi “Ketika Ayah Bercerita” akan ada wajah asli penuh kebaikan, akan ada kebaikan yang diwarisi dari generasi ke
generasi, akan ada wajah asli yang mewarisi cerita-cerita legenda yang hidup sebagai tradisi dan budaya, menjadi sebuah kearifan lokal.

“Ketika Ayah Bercerita” itulah… “WAJAH ASLI KEBAIKAN INDONESIA”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top