Lulu Maharani

Patung mbis dan Burung Kasuari

Mbis memiliki tubuh yang sintal, sesubur dan sepadat induk sagu yang sarat pati. Sorot matanya secemerlang bintang malam.

Mbis menikah dengan laki-laki yang sangat mencintai nya, Bawarco, ia adalah seorang pemanah andal dari kampungnya. Tetapi Watak dan karakteristik penuh curiga membuat Bawarco selalu dirundung kecemasan. Setiap Mbis ditinggal berburu, Mbis dimasukkan ke dalam gulungan tapin dan memasukkan Mbis ke dalam honai lalu ditutup rapat-rapat dari luar agar kemolekan dan kecantikannya tidak dilihat oleh laki-laki lain.

Mbis terus dikurung didalam honai sampai kecantikannya kian menghilang pudar, hingga orang tuanya membawa Mbis ke sebuah bukit yang sangat jauh dari tempat Bawarco. Di perjalanan mereka bertemu dengan burung kasuari yang kemudian membawa mbis kepada jodohnya, Nearkaw sang pengukir andal.

Mereka hidup berbahagia. Hingga ketika Nearkaw
mengukir mbis di sebuah pohon gaharu untuk mengabadikan kecantikannya, setelah patung selesai dibuat tiba2 mbis meninggal dunia dan arwahnya menghuni patung tersebut.

Ilustrasi ini menggambarkan dua keadaan Mbis. Di satu sisi, saat Mbis bersama Bawarco, digambarkan sedang meringkuk, tidak bisa ke mana-mana karena selalu dikurung di dalam honai. Siluet kain yang jatuh melambangkan Tapin, yang selalu membungkus Mbis.

Di sisi lain, Mbis terlihat menaiki burung kasuari yang membawanya menuju Nearkaw. Di ujung perjalanan itu, terdapat patung Mbis yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan jiwanya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top