M.Deni Kuswara

Dalam kebudayaan Jawa, Bima atau Werkudara dianggap sebagai simbol kekuatan, keberanian, dan kesetiaan. Ia sering digambarkan sebagai seorang satria yang kuat dan berani, Bima juga dikenal sebagai seorang yang setia dan loyal, mengorbankan dirinya demi kepentingan keluarganya dan kerajaannya.

Di senja hari, ketika matahari mulai terbenam di ufuk barat, Bima berdiri di atas bukit, memandang ke arah laut. Ia merenungkan kekuatan dan keberanian yang telah membawanya menjadi seorang kesatria yang terkenal di seluruh penjuru Nusantara.

Ketika itu, Bima memegang kuku Pancanaka, simbol kekuatannya yang tak terkalahkan. Ia merasa bangga dengan kebudayaan dan tradisi yang telah diwariskan oleh leluhurnya.

Di sebelahnya, terbentanglah laut yang luas, yang menghubungkan pulau-pulau di Nusantara. Bima merasa terhubung dengan masyarakat dan budaya di setiap pulau, dari Sabang hingga Merauke.

Ia memikirkan tentang budaya yang terkenal di setiap pulau, seperti Borobudur di Jawa, rumah adat sumatera, bunga raflesia, perisai suku dayak dan lain sebagainya, Bima merasa bangga dengan kekayaan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh Nusantara.

Ketika senja semakin meredup, Bima memandang ke arah langit, yang berwarna merah dan oranye. Ia merasa terhubung dengan alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya.

Dalam kesunyian senja, Bima merenungkan tentang perjalanan hidupnya, tentang kekuatan dan keberanian yang telah membawanya menjadi seorang kesatria yang terkenal. Ia merasa bangga dengan kebudayaan dan tradisi yang telah diwariskan oleh leluhurnya, dan merasa terhubung dengan masyarakat dan budaya di setiap pulau di Nusantara.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top