Saya Rizki mengangkat sejarah singkat tarian tradisional Sumatera Selatan yaitu “TARIAN GENDING SRIWIJAYA”
Tarian tradisional tersebut melukiskan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima kunjungan tamu yang diagungkan.
Secara umum tari Gending Sriwijaya ditarikan oleh sembilan orang penari perempuan. Sembilan penari tersebut merupakan representasi dari sembilan sungai yang ada di sumatera selatan. Para penari tersebut biasanya mengenakan aksesoris berupa paksangkong, Dodot, selendang mantri dan tanggai, lalu penari yang paling depan membawa sebuah tepak berisi kapur sirih yang akan diserahkan kepada tamu yang dihormati, Para penari pun biasanya akan di kawal oleh dua orang laki-laki membawa payung dan tombak.
Awal penciptaan tarian tersebut sudah dimulai pada tahun 1943 untuk memenuhi permintaan dari pemerintah era pendudukan jepang kepada jawatan penerangan (Hodohan) untuk menciptakan sebuah tarian dan lagu guna untuk menyambut tamu yang berkunjung ke keresidenan Palembang.
Untuk lagu Gending Sriwijaya diciptakan oleh Ahmad Dahlan Mahibat pada tahun 1943 seorang komponis kota Palembang yang pandai bermain biola dari kelompok seni (toneel), syair lagunya diciptakan oleh Ahmad Dahlan dan Nungtjik A.R, sedangkan pengarah gerak tarinya adalah budayawan R.M Akib dan R. Husin Natosoradjo, properti dan busana disiapkan Miss Tina Haji Gung seorang penari profesional.
Pada Kamis 2 Agustus 1945 dalam rangka menyambut pejabat-pejabat dari bukit tinggi yang bernama Moh. Syafei dan Djamaludin Adi Negoro, tari Gending Sriwijaya resmi ditampilkan. Tempat penampilan pertama tari Gending Sriwijaya adalah di halaman masjid Agung Palembang.