Karya ini merupakan bagian dari sub tema kebaikan cerita asli Indonesia, dengan judul Kisah Watu Maladong yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Kisah Watu Maladong pada karya ini berpusat pada kegigihan dan ketekunan petani sebagai tokoh utama dan kebaikan karakter siluman penyu dan nenek yang membantu petani. Selain itu, kepedulian petani terhadap tempat tinggalnya dengan memanfaatkan batu sakral Watu Maladong untuk menyuburkan pulau membawa anugerah bagi masyarakat Pulau Sumba. Watu Maladong dianggap sebagai anugerah karena memberikan sumber daya bagi Kawasan Indonesia Timur yang terkenal dengan iklim sabana tropis, sehingga dilanda oleh panas matahari ekstrem. Nilai-nilai yang dikemas dalam cerita ini menampilkan jiwa leluhur Indonesia yang memiliki rasa peduli, kerja keras, kegigihan, tolong-menolong, dan tidak tamak.
Kisah Watu Maladong bermula dari seorang petani di pulau Sumba yang hendak mencari tombak warisan leluhurnya, Numbu Ranggata. Tombak itu terbawa oleh sekawanan babi hutan yang menyerang kebunnya. Dalam perjalanan mengikuuti jejak babi hutan, petani dibantu siluman penyu menyebrangi pulau. Dirinya bertemu dengan seorang nenek. Nenek tersebut memperingatkan petani bahwa babi hutan yang dikejarnya adalah orang sakti penguasa pulau, mereka suka mencuri untuk memperkaya diri. Nenek memberikan obat racikannya dan meminta imbalan Numbu Ranggata serta batu sakral Watu Maladong. Petani pun menemukan bahwasanya kepala desa adalah babi hutan yang ia lukai. Petani mengobati kepala desa dengan obat pemberian nenek dan meminta imbalan sesuai perintah nenek. Kepala desa menyanggupi dan mengajukan pertarungan dengan petani. Alhasil petani memenangkan pertarungan dan berhasil membawa pulang Numbu Ranggata dan Watu Maladong. Watu Maladong merupakan tiga batu sakral yang dapat menumbuhkan tanaman padi, jagung, dan sekoi. Petani menugaskan Watu Maladong menyebarkan diri ke berbagai lokasi di Pulau Sumba, berkatnya tumbuh sumber daya alam padi, jagung, dan sekoi yang subur di tanah Sumba. Seusainya, petani meminta Watu Maladong menyembunyikan diri untuk selamanya supaya tidak disalahgunakan.