Muhammad Zikrullah

Di tanah Sasak, jauh sebelum dunia mengenal Lombok seperti sekarang, hiduplah seorang putri jelita bernama Putri Mandalika. Kecantikannya bukan hanya memikat hati para pangeran, tetapi juga membawa perpecahan di antara mereka. Demi menghindari pertumpahan darah dan menjaga kedamaian rakyatnya, Putri Mandalika memilih pengorbanan terbesar.

Saat fajar menyingsing di Pantai Seger, ia berdiri di atas tebing, menatap lautan luas, lalu menjatuhkan dirinya ke dalam ombak. Seketika tubuhnya lenyap, berubah menjadi nyale—cacing laut yang muncul hanya setahun sekali. Sejak itu, masyarakat Lombok percaya bahwa nyale adalah wujud kasih sayang sang putri, sebuah berkah yang diberikan kepada rakyatnya.

Kini, setiap tahun menjelang fajar, orang-orang berkumpul di pantai untuk menangkap nyale, mengenang cinta tanpa syarat Putri Mandalika. Tradisi ini bukan sekadar legenda, tetapi juga warisan budaya yang terus hidup dari generasi ke generasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top