Nadia Indhira Setyanto

Harta, emas, kekayaan. Adipati Pandanarang sebenarnya seorang pemimpin yang jujur. Namun, ketiga hal tersebut membutakannya dengan keserakahan dan keinginan manusiawi. Ketika Sunan Kalijaga menyamar menjadi seorang penjual rumput dan menyembunyikan uang 5 sen di setiap gulungan rerumputan, tergoyahlah hati Adipati Pandanarang dengan kebingungan. “Aku tidak perlu kekayaan dunia, toh aku tidak abadi,” Ucap Sunan Kalijaga, “Aku bisa menemukan emas hanya dengan mencangkul tanah.”

Dibuktikanlah kemampuan Sunan Kalijaga, dan langsung bertumbuh kecil hati Adipati Pandanarang. “Ku mohon, izinkan aku untuk berguru padamu,” Adipati memohon. “Boleh,” Sunan Kalijaga mengangguk, “Namun engkau tidak boleh membawa hartamu sedikitpun.”

Istri Adipati Pandanarang. Nyai Pandanarang, ingin mengikuti suaminya. Namun, alangkah berat dirasanya syarat tersebut. Diam-diam, dia memasukan emas dan harta-harta lainnya kedalam tongkat bambu yang dia bawa selama perjalanan. Syarat dilawan, Kekayan dirampas. Perampok muncul, dan secara paksa mereka mengambil segalanya yang didalam bambu tersebut. Dengan menangis terisak-isak Nyai Pandanarang menyeritakan segalanya yang terjadi kepada suaminya dan kepada Sunan Kalijaga. “Ada tiga orang yang bersalah disini,” Sunan Kalijaga menghela napas, “Kamu, Adipati Pandanarang, dan perampok. Maka, tempat ini akan kunamai Salatiga.”

Salah-Tiga, dan semua itu disebabkan oleh keserakahan dan nafsu akan kemewahan. Pada era di mana lingkungan berkembang dengan cepat dan mudah menyebabkan kita tertekan, alangkah baiknya kita menarik nafas sejenak dan menikmati kesederhanaan. Keluarga, teman, hobi, dan dirimu sendiri adalah beberapa dari banyak hal yang patut diapresiasi namun seringkali ditutupi oleh keinginan untuk terlihat keren dan menakjubkan, seakan hal-hal tersebut tidak cukup. Maka dari itu, bersyukurlah atas semua yang kamu miliki pada saat ini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top