Nadya Rizqyani Putri

Di jantung Jawa Timur, berdirilah Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Dewi Kilisuci yang rupawan dan bijaksana. Kecantikannya memikat banyak raja dan pangeran, termasuk Lembu Suro dan Mahesa Suro, manusia berkepala kerbau yang sakti mandraguna. Dengan hati tulus, Lembu Suro datang melamar sang dewi.

Namun, Dewi Kilisuci mengajukan syarat yang berat. Lembu Suro harus membangun dua sumur di bawah kaki Gunung Kelud dalam waktu semalam. Satu sumur harus berbau harum, dan yang lainnya berbau amis. Lembu Suro, dengan tekad membara, menyanggupi syarat tersebut.

Dalam keputusasaan, Lembu Suro meminta bantuan bangsa jin. Sumur pun berhasil diselesaikan tepat waktu. Dewi Kilisuci kemudian meminta Lembu Suro dan Mahesa Suro (pesaing Lembu Suro) untuk membuktikan keharuman dan kebusukan air sumur. Tanpa curiga, keduanya menuruti permintaan sang dewi.

Namun, inilah jebakan yang telah disiapkan. Atas perintah Dewi Kilisuci, para prajurit menimbun kedua sumur itu hidup-hidup. Lembu Suro yang merasa dikhianati, mengutuk warga Kediri dan Blitar. Dewi Kilisuci kemudian melarikan diri ke puncak gunung, bertapa demi keselamatan rakyatnya. Kelak, tempat pertapaannya menjadi penanda perlindungan bagi warga saat Kelud meletus.

Cerita ini mengandung nilai ketulusan, pengorbanan, dan akibat dari sebuah pengkhianatan. Memberi pelajaran bahwa pengkhianatan akan selalu membawa keburukan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top