Pada karya saya “Legenda Danau Lipan” menceritakan tentang asal usul danau lipan, danau lipan sendiri terletak di Muara Kaman hulu Tenggarong ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Meskipun bernama Danau, daerah tersebut sekarang bukanlah danau, namun merupakan sebuah daerah Padang luas yang ditumbuhi semak dan perdu.
Mengisahkan tentang Ratu Aji Bidara Putih, wajahnya cantik sekali dengan kulitnya yang putih bersih. Datang seorang raja Tiongkok yang ingin melamar Ratu, tetapi Ratu menolak lamaran tersebut yang membuat sang Raja marah dan membalas dendam dengan ingin menghancurkan kerajaan Ratu, karena Ratu merasa akan kalah, Ratu pun menggunakan sihir nya dengan mengunyah sirih dan meludahkan kunyahan sirih tersebut yang seketika berubah menjadi lipan-lipan ganas yang ditugaskan untuk memusnahkan pasukan sang Raja. Meskipun sang Raja dan pasukannya sudah kabur dengan kapal mereka. Para lipan tidak berhenti dan tetap menyerang kapal tersebut dan pada akhirnya lipan-lipan tersebut tenggelam bersama kapal sang Raja. Ratu pun ikut menjadi gaib seperti lipan-lipan tersebut dan tidak pernah terlihat lagi.
Sebenarnya cerita ini memiliki 2 versi yang sedikit berbeda yaitu alasan penolakan lamaran dari sang Raja. Kemungkinan besar perbedaan cerita ini karena cerita ini sudah turun temurun di ceritakan oleh nenek moyang sehingga terdapat perbedaan sedikit pada cerita.
Versi pertama sang Raja di tolak lamarannya oleh Ratu aji Bidara Putih karena ketika sang Raja bertamu di kediaman Ratu lalu disuguhkan makanan lezat, sang Raja makan dengan rakusnya dari piring ke mulut tanpa menggunakan tangan dihadapan Ratu yang membuat Ratu merasa tidak nyaman dengan perilaku sang Raja ketika makan. Versi kedua sang Raja di tolak lamarannya oleh Ratu aji Bidara Putih karena sang Ratu mengetahui alasan sang Raja ingin melamar Ratu ketika mata-mata sang Ratu memberitahukan informasi yang dia dapatkan yaitu sang Raja ingin menguasai kerajaan Ratu. Pada ilustrasi ini saya dominan menggunakan versi pertama pada cerita karena di versi ini yang sering saya dengar di kalangan masyarakat Kalimantan Timur.
Pada cerita ini dapat ditarik pesan moral seperti menjaga sopan santun ketika bertamu di rumah orang lain, adab ketika makan, menjaga etika yang baik, menghargai dan menghormati perbedaan budaya. Pesan moral ini sangat menggambarkan ilustrasi dengan tema “Kebaikan Cerita Asli Indonesia”.