Naufal Iqbal Azis

Ilustrasi ini menceritakan Sawerigading, seorang bangsawan dari Luwu dalam epos Sureq Galigo, salah satu karya sastra terpanjang di dunia. Seorang pelaut ulung, petualang, dan pemimpin yang tak gentar menghadapi takdir, Sawerigading berlayar melintasi samudra demi cinta dan kejayaan. Setelah melewati lautan penuh tantangan, ia akhirnya menemukan We Cudai, wanita yang ditakdirkan menjadi belahan jiwanya. Kini, mereka menikmati kehidupan bersama di tanah Luwu, dikaruniai tiga anak, termasuk La Galigo, yang mulai beranjak remaja.

Di tengah hiruk-pikuk pelabuhan, di antara tawa anak-anak dan kesibukan para budaknya, mata mereka masih saling mencari, seperti dulu, ketika cinta mereka baru bermula. Namun, lautan yang dulu mempertemukan mereka kini kembali memanggil. Sawerigading tahu, takdirnya sebagai pengembara belum usai, masih ada ombak yang harus ia arungi, ada perjalanan yang tak bisa ia hindari. We Cudai tersenyum, tetapi dalam bening matanya tersimpan kesadaran bahwa cinta sejati tak selalu berarti bersama selamanya. Dari kisah ini, kita belajar bahwa beberapa hati terikat lebih kuat dari waktu dan jarak, meskipun harus berpisah, cinta sejati akan selalu menemukan jalannya untuk tetap hidup.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top