Kebaikan alam tak melulu hanya keindahan visual yang bisa dinikmati mata, melainkan juga yang bisa dirasa. Alam Bali dengan sejuta keindahannya, tak akan bisa terasa magis tanpa adanya jiwa, tradisi, keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, alam, maupun sesama makhluk (Tri Hita Karana). Semua itu adalah jiwa yang membuat Bali terasa seperti rumah yang hangat. Sayangnya, jiwa Bali yang kental mulai terasa luntur, tergerus keserakahan manusia dan masif-nya pembangunan.
Karya ini dipersembahkan sebagai pengingat kepada manusia, untuk menerima dan menikmati kebaikan alam, tapi tidak lupa juga mengembalikannya kembali untuk alam. Karya ini dibuat sebagai bentuk suara perjuangan mengembalikan Bali sebagai rumah, karena rumah yang hangat selalu dinantikan untuk pulang.