Cendrawasih, Si Burung Bidadari
Dahulu kala, di sebuah hutan lebat di Papua, hiduplah seorang pemuda bernama Kweiya. Ia adalah pemburu yang mahir dan sering berburu untuk mencukupi kebutuhan desanya. Meskipun berbakat, Kweiya memiliki sifat yang keras kepala dan penuh rasa ingin tahu.
Suatu hari, ia mendengar cerita dari orang-orang tua di desa tentang burung bidadari, seekor burung yang konon berasal dari surga. Burung itu memiliki bulu berwarna emas yang bersinar saat terkena cahaya matahari. Konon, siapa pun yang berhasil menangkap burung itu akan mendapatkan keberuntungan seumur hidup.
Mendengar kisah itu, Kweiya menjadi penasaran dan bertekad untuk menangkap burung bidadari. Ia membawa busur dan panahnya, lalu pergi ke hutan yang paling dalam, tempat di mana burung itu sering terlihat.
Setelah berhari-hari menunggu dengan penuh kesabaran, akhirnya Kweiya melihat burung cendrawasih yang sangat indah hinggap di dahan pohon. Tanpa ragu, ia mengarahkan panahnya dan menembak burung itu. Namun, sesuatu yang aneh terjadi—panahnya meleset, dan burung itu tetap bertengger dengan tenang.
Burung bidadari itu tiba-tiba berbicara, “Kweiya, mengapa kau ingin menangkapku? Apakah kau tidak puas dengan apa yang sudah diberikan alam kepadamu?”
Kweiya terkejut dan merasa takut. Namun, karena keinginannya begitu besar, ia mencoba menembak lagi. Kali ini, burung itu mengepakkan sayapnya, dan dalam sekejap, sinar terang muncul dan menyelimuti tubuh Kweiya.
Ketika sinar itu menghilang, Kweiya mendapati dirinya berubah—ia tidak lagi berbentuk manusia. Tubuhnya kini bersayap dan berbulu emas seperti burung bidadari itu.
Burung bidadari itu berkata, “Karena keserakahanmu, kini kau menjadi bagian dari kami. Kau akan hidup di atas pohon dan tidak akan pernah bisa kembali menjadi manusia.”
Sejak saat itu, Kweiya berubah menjadi burung cendrawasih dan tinggal di hutan Papua selamanya. Keindahannya tetap mempesona, tetapi ia tak lagi bisa kembali kepada keluarganya di desa.