Judul : Generasi Muda Penggerak Literasi di daerah 3T
Desain : Oktora Elizabeth
Halo aku Tora, ini submisi desainku untuk Kompetisi Desain Teh Botol Sosro 2025 dengan tema Wajah Asli Kebaikan Indonesia. Disini saya mengusung kategori tema Kebaikan Pemuda-Pemudi Indonesia.
Terinspirasi dari kebaikan para pemuda – pemudi relawan Taman Bacaan Pelangi yang berjuang dan beraksi secara nyata dalam mengentaskan keterbatasan pengetahuan literasi khususnya di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) dimana aksesnya juga sulit dijangkau. Namun semangat pemuda-pemudi tidak patah arang untuk memberantas Buta Aksara dan gemar membaca. Belum lagi gempuran media sosial dan gadget (gawai) yang membuat banyak orang kurang minat dalam membaca buku terutama dari generasi anak-anak. Hal yang membuat gerakan pemuda ini semakin menarik yaitu karena faktor yang terjadi dilapangan yakni kekurangan tenaga pengajar untuk daerah terpencil dan tergolong penghasilan rendah. Pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan masih rendah, juga ketersediaan fasilitas pembelajaran maupun alat peraga yang masih terbatas untuk daerah terpencil sehingga mengakibatkan anak-anak menjadi tertinggal dan terbelakang dengan daerah-daerah lain.
Anak-anak tersebut mewakili beberapa daerah 3T yaitu Aceh, Papua, Maluku, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, NTT, dan masih banyak lagi namun belum bisa disebutkan satu persatu. Lokasi gambar tersebut mengambil daerah wilayah Timur yaitu Papua. Papua memiliki sumber daya alam yang indah yakni pegunungan dan keindahan flora seperti Buah Merah.
Diam seperti wibu, bergerak menjadi guru. Zaman telah berubah, bagaimanapun tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak muda yang terus bertambah jumlahnya di Indonesia harus lebih banyak terlibat di dalam pendidikan daerah 3T.
Untuk menarik anak muda yang gemar tantangan dan suka mengajar, misalnya dilakukan pertukaran mahasiswa ke daerah terpencil. Ini mungkin karena anak muda lebih suka model liputan seperti Vlog yang kegiatan sehari-harinya bagaikan petualangan perlu memunculkan sisi interaksi kemanusiaan, tawa, canda, dan tantangan melakukan sesuatu di kampung itu sendiri.Orang seperti itu pasti ada di tengah-tengah kota dan mereka bisa melihat bahwa mengajar di pelosok adalah suatu yang mengasyikkan, bukan kewajiban ataupun beban atas nama nasionalisme. Keakraban yang terhubung antara Sang Pengajar dengan orang-orang sekitar, petualangan di hari sabtu minggu, beragam kegiatan kampung yang dilakukan dengan suka-cita, mungkin saja akan lebih menarik daripada liputan yang menampilkan keterbatasan di daerah 3T.
Atas semangat demi mewujudkan generasi Literasi yang gemar membaca, maka gerakan muda diharapkan bisa membantu mengurangi buta huruf di daerah terpencil dan tertingga. Dengan demikian daerah terpencil tersebut nantinya akan memiliki wawasan, kreatifitas, inovasi, keahlian, dan kemandirian. Di masa depan generasi muda ini diharapkan mampu meneruskan perjuangan hidup untuk mencapai kesuksesan baik untuk diri sendiri, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Amin