Kebaikan Cerita Asli Indonesia
Gerhana
Cerita terjadinya gerhana matahari dan bulan sudah menjadi cerita yang turun temurun oleh masyarakat Gunungkidul, Yogyakarta dan Jawa pada umumnya.
Gerhana matahari dan bulan terjadi ketika makhluk dari bangsa raksasa atau Buto yang bernama Batara Kala sedang berusaha memakan matahari atau bulan.
Di ceritakan Batara Kala atau sang Buto mempunyai dendam kepada Batara Surya sang Dewa Matahari dan Batara Candra sang Dewa Bulan. Karena sang Dewa Matahari dan Dewa Bulan telah mengetahui penyamaran Batara Kala saat pembagian air penghidupan atau Tirta Amerta kepada para Dewa di kayangan.
Oleh Batara Surya dipanahlah leher Batara Kala, tubuh sang Buto terbagi menjadi dua, badan yang jatuh ke bumi menjadi lesung atau tempat menumbuk padi yang terbuat dari kayu, bagian kepala sang Buto tetap melayang di angkasa tetap hidup karena sudah meminum Tirta Amerta. Buto berjanji akan membalas dengan memakan matahari dan bulan.
Saat hari pembalasan tiba dinamakan gerhana, gerhana terjadi ketika matahari dan bulan ditelan Buto. Para manusia bersama-sama membantu Dewa Surya dan Dewa Candra agar sang Buto mau melepas matahari dan bulan. Para manusia bersama-sama membunyikan Kentongan dan lesung yang merupakan badan Batara Kala.
Tradisi membunyikan lesung saat Gerhana dinamakan Gejog Lesung, tradisi ini masih dilestarikan oleh masyarakat Gunungkidul dan Jawa pada umumnya.
Banyak hal baik yang dapat di ambil dari cerita ini yaitu berani membela kebenaran, mengajarkan bergotong royong,kebersamaan, dan kerukunan.