Legenda Burung Ruai dari Kalimantan Barat
Alkisah seorang seorang Raja bijaksana dan memiliki tujuh putri. Putri bungsunya memiliki rupa yang cantik dan memiliki kepribadian yang baik hati, suka menolong, dan penyayang. Raja pun menyanyai Si Bungsu melebih para saudarinya.
Perlakuan ini mendatangkan kedengkian dari ke enam kakak si Bungsu. Mereka memiliki niat jahat untuk mengasingkan si Bungsu ke dalam hutan ketika ayah mereka tengah melakukan perjalanan ke negeri seberang.
Niat itu segera terlaksana, Si Bungsu ditinggalkan ke enam saudaranya sendirian di hutan sambil menangis.
Di tengah hutan, Si Bungsu bertemu dengan seorang kakek tua dan menceritakan permasalahan yang dihadapinya. Si kakek sangat sakti dan meminta Si Bungsu untuk mengerami telur-telur yang berubah dari air matanya. Si Bungsu menyanggupi dan seketika berubah menjadi Burung Ruai yang cantik. Burung itupun mematuhi tugas yang diberikan sang kakek sakti tersebut.
Ketika telur burung itu telah menetas, burung itu menjadi teman Si Bungsu yang kini telah menjadi seekor Burung Ruai. Si Bungsu dan teman-temannya mengunjungi kerajaan si Bungsu untuk melihat keadaan di istana. Sesampainya disana, Si Bungsu menemukan ayahnya yang tengah memberi hukuman ke saudara-saudaranya.
Kisah ini mengandung pesan tentang kebaikan hati, kejujuran, kesabaran dan akibat buruk dari iri hati dan kejahatan. Burung Ruai menjadi simbol keindahan, kebaikan, dan harapan di kalangan masyarakat setempat. Apa yang bisa dipetik dari cerita ini adalah agar kita dapat mencontoh kepribadian Si Bungsu untuk terus menyayangi keluarga, dan peduli terhadap sekitar.
Illustrasi Burung Ruai yang terkandung di kemasan merupakan perwujudan dari buah kebaikan dan kesabaran yang dilakukan Si Bungsu ketika disakiti. Si Bungsu berubah menjadi burung ruai yang cantik, melambangkan bahwa seseorang yang memiliki hati baik akan tetap bersinar, bahkan setelah mengalami kesulitan.