Rivanya Zahrashaumi Yandri

Alkisah, di sebuah kerajaan di Sulawesi Selatan, hiduplah seorang putri jelita bernama Tandampali. Kecantikannya termasyhur hingga ke negeri-negeri jauh, begitu pula kelembutan dan kebijaksanaannya. Namun, takdir berkata lain. Dewa-dewa murka ketika ia menerima lamaran seorang pangeran dari kerajaan asing. Hukuman pun dijatuhkan—kulitnya perlahan ditumbuhi totol-totol hitam, gatal, dan berbau tak sedap.

Khawatir menular, ayahnya, Datu Wulu, tak punya pilihan selain mengasingkannya ke sebuah pulau terpencil. Dengan hati yang berat, ia menyerahkan sebilah keris kepada putrinya sebagai tanda bahwa pengasingan ini bukan karena kebencian, melainkan demi kebaikan. Putri menerimanya dengan lapang dada dan beranjak pergi.

Di pulau itu, Putri Tandampali hidup sendiri hanya berteman alam. Suatu hari, seorang pria asing tiba dalam keadaan lemah dan tersesat. Putri terkejut saat menyadari bahwa pria itu adalah pangeran yang pernah melamarnya. Tanpa ragu, ia merawat sang pangeran. Hari demi hari berlalu, dan tanpa disadari, kebaikan hati Putri Tandampali perlahan meluluhkan hati pangeran. Namun, takdir kembali memisahkan mereka. Pangeran harus kembali ke kerajaannya, membawa serta keris yang dititipkan sang putri. “Jika ayahku menerima keris ini, maka lamaranmu masih berlaku.”

Suatu hari, ketika sedang duduk termenung di tepi danau, ia dikejutkan oleh kehadiran seekor kerbau putih. Binatang itu tampak jinak, Putri Tandampali membiarkan kerbau itu di sisinya. Tanpa disangka, kerbau itu mulai menjilati kulitnya yang terkena kutukan. Keajaiban pun terjadi—totol-totol hitam yang selama ini merusak kecantikannya perlahan memudar. Dalam hitungan hari, Putri Tandampali kembali seperti sediakala.

Dengan hati penuh harapan, ia kembali ke kerajaannya. Di sana, ia disambut dengan pelukan hangat dari keluarga dan rakyatnya. Tak hanya itu, pangeran yang pernah melamarnya juga telah kembali, membawa kabar gembira. Datu Wulu menerima keris itu—pertanda restunya telah diberikan.

Akhirnya, Putri Tandampali dan sang pangeran bersatu dalam ikatan suci. Kutukan telah sirna, cinta pun menang. Mereka hidup dalam kebahagiaan dan dikelilingi kebaikan, selamanya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top