SITI RUGOIYAH

Asal-Usul Surabaya

Pada zaman dahulu, di lautan lepas hiduplah dua hewan kuat dan perkasa, yaitu Sura (seekor hiu raksasa) dan Baya (seekor buaya besar). Keduanya dikenal sebagai penguasa lautan yang ditakuti banyak makhluk laut. Namun, karena keduanya sama-sama kuat dan rakus, mereka sering bertengkar memperebutkan wilayah kekuasaan dan makanan.

Awal Perselisihan

Pada suatu hari, Sura dan Baya bertemu di sebuah tempat yang banyak ikannya. Tanpa basa-basi, keduanya langsung memperebutkan ikan-ikan tersebut.

“Hai, Baya! Ini wilayahku, kau tak berhak mengambil ikan di sini!” bentak Sura.

Baya menjawab dengan marah, “Kau salah, Sura! Laut ini adalah tempatku mencari makan juga. Aku tidak akan menyerah!”

Pertengkaran pun terjadi. Mereka bertarung hebat selama berhari-hari, membuat air laut menjadi keruh dan ombak bergulung-gulung.

Kesepakatan Pembagian Wilayah

Karena lelah bertarung dan merasa tak ada yang menang, akhirnya mereka membuat kesepakatan:

Sura berkuasa di laut.

Baya berkuasa di darat dan sepanjang sungai.

Mereka sepakat untuk tidak melanggar batas wilayah tersebut.

Pengkhianatan Sura

Beberapa waktu kemudian, Sura merasa wilayah laut saja tidak cukup. Ikan-ikan mulai berkurang, dan ia pun tergoda untuk mencari makan di sungai, wilayah yang menjadi kekuasaan Baya.

Dengan licik, Sura berenang melalui muara sungai dan mulai memangsa ikan-ikan di sana. Awalnya, Sura berpikir bahwa Baya tidak akan mengetahuinya. Namun, Baya akhirnya mengetahui tindakan Sura.

Pertarungan Terakhir

Baya yang marah besar segera menghadang Sura, “Hai, Sura! Kau melanggar janji! Ini wilayahku!”

Sura menjawab, “Aku datang lewat air, jadi ini tetap wilayahku!”

Akhirnya, pertarungan sengit kembali terjadi. Kali ini, pertarungan berlangsung lebih ganas. Air sungai bercampur darah akibat gigitan dan cakaran mereka. Dalam pertempuran itu, Baya berhasil menggigit ekor Sura hingga terluka parah, tetapi Sura juga berhasil melukai rahang Baya.

Akhir Pertarungan

Sura yang terluka parah akhirnya melarikan diri kembali ke laut. Ia bersumpah tidak akan kembali ke sungai lagi. Sementara Baya, dengan tubuh yang penuh luka, tetap bertahan di muara sungai hingga akhir hidupnya.

Tempat pertarungan sengit mereka itu kemudian dikenal sebagai “Sura-Baya”, yang berarti Sura (Hiu) dan Baya (Buaya). Dari nama itulah muncul nama sebuah kota yang kini dikenal sebagai Surabaya, yang menjadi simbol keberanian dan semangat pantang menyerah.

Makna Legenda

Legenda ini mengajarkan nilai-nilai:
Janji harus ditepati.
Keserakahan membawa kehancuran.

Keberanian dan pantang menyerah menjadi simbol kekuatan.

Kini, simbol hiu dan buaya dapat dilihat di berbagai sudut kota Surabaya, termasuk patung Sura dan Baya yang menjadi ikon kota di dekat Kebun Binatang Surabaya (KBS).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top