Di sebuah desa dekat sungai, hiduplah dua saudari dengan hati yang berbeda—Bawang Putih, lembut dan penuh kasih, serta Bawang Merah, sombong dan iri hati.
Suatu hari, selendang peninggalan mendiang ibu Bawang Putih hanyut terbawa arus. Saat mencarinya, ia bertemu dengan seekor ikan bercahaya dengan sisik berkilauan.
“Jika kau merawatku dengan baik, aku akan mengembalikan apa yang hilang,” kata ikan itu.
Dengan tulus, Bawang Putih memberi makan dan menjaga ikan tersebut. Sebagai balasan, ikan memberinya pilihan—labu kecil atau labu besar. Ia memilih labu kecil, dan ketika dibuka, emas serta permata berhamburan keluar.
Melihat itu, Bawang Merah yang tamak ingin mendapat lebih banyak. Ia menemukan ikan itu, tetapi enggan merawatnya. Dengan angkuh, ia tetap meminta hadiah. Ikan tersebut tetap memberi pilihan, dan Bawang Merah langsung memilih labu terbesar.
Namun, begitu labu itu dibelah, ular dan serangga ganas keluar, menerkam keserakahannya.
Sejak saat itu, sungai terus berbisik, mengisahkan pelajaran ini—kebaikan akan dibalas, keserakahan akan dihukum, dan takdir selalu mengawasi.